Rabu, 20 Maret 2013

Berburu Akreditasi, Demi Kualitas Atau Harga diri?

Ditulis oleh Riska Amelia di Rabu, Maret 20, 2013


Telat apabila bercerita tentang akreditasi pada mahasiswa yang sudah masuk kuliah. Kesadaran tentang akreditasi seharusnya dilakukan ketika mahasiswa belum masuk perguruan tinggi. Kenapa? karena akreditasi adalah salah satu filter efektif dalam menyaring pelamar kerja dan beasiswa.

Akreditasi dipahami sebagai suatu proses evaluasi dan penilaian mutu institusi perguruan tinggi dan program studi yang dilakukan oleh tim pakar sejawat di luar lembaga pendidikan tinggi berdasarkan standar mutu yang telah ditetapkan. Menurut Kepala Penjamin Mutu UIN SGD Bandung Atang Abd.Hakim, hasil akreditasi sebuah perguruan tinggi diyakini sebagai bentuk pengakuan bahwa perguruan tinggi tersebut telah memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan.

Akreditasi sangat penting, sebab itu untuk melihat tingkat keseriusan, kemajuan yang dicapai oleh prodi. Tak sedikit perusahaan memberikan standar lulusan dari perguruan tinggi minimal B untuk dapat di proses selanjutnya dalam penyeleksian karyawan atau pengawai mereka. Bahkan beasiswa seperti Beswan Djarum menetapkan akreditasi jurusan minimal B sebagai persyaratan memperoleh beasiswa.

“Kualitas jurusan itu ditentukan oleh akreditasi. bahkan di sebagian tempat harus melampirkan akreditasi jurusan. Jadi, itu (Akreditasi, -Red) tidak bisa ditinggalkan begitu saja,” tutur Atang, saat ditemui di Al-Jami’ah, Jum’at (25/01).


Fakta ini, kata atang, menunjukkan betapa akreditasi jurusan sangat penting baik bagi kampus maupun mahasiswa, sebab nilai akreditasi menyangkut harga diri jurusan di mata masyarakat.

Dari semua Program studi yang ada di UIN SGD Bandung hanya jurusan Manajemen Pendidikan Islam yang mendapatkan nilai A, itu pun habis waktunya pada tahun lalu dan kini sedang dalam proses perpanjangan.

Beberapa program studi tertentu memiliki akreditasi B yakni Ilmu hukum, ilmu komunikasi, komunikasi penyiaran Islam, pendidikan bahasa inggris, pendidikan bahasa arab, mu’amalah, syakhshiyah, hukum pidana islam, siyasah, perbandingan mazhab hukum, perbandingan agama, dan tasawuf psikoterapi.

Bangunan kampus yang megah dan biaya kuliah yang mahal bukan jaminan bagusnya akreditasi di sebuah program studi. Akreditasi suatu jurusan atau program studi ditentukan berdasarkan komitmen program studi terhadap kapasitas institusional dan komitmen terhadap efektivitas program pendidikan, dimana standarnya mencakup 7 aspek yaitu, (1) Visi, misi, tujuan dan sasaran, dan strategi pencapaian, (2) Tata pamong,  kepemimpinan, sistem pengelolaan, dan penjaminan mutu BAN-PT, (3) Mahasiswa dan lulusan, ini biasanya dilihat quesioner para lulusannya, IP yang diraih para mahasiswanya selama 5 tahun berjalan, (4) SDM, (5) Kurikulum, pembelajaran, dan suasana akademik (6)Pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sistem informasi dan, (7) Penelitian dan pelayanan/pengabdian kepada masyarakat, dan kerjasama.

Senada dengan Atang, Ketua Dekan Fakultas Psikologi Adang Hambali, mengamini begitu pentingnya nilai akreditasi jurusan. Berbagai Program studi di UIN SGD Bandung patutu berbenah diri untuk terus meningkatkan kualitas jurusannya. Seperti di Fakultas Psikologi yang akreditasinya masih C, bagi Adang ini adalah suatu keharusan untuk memacu agar akreditasi psikologi ini bisa mendapat nilai A.

Duduk dengan nyaman di ruangan kantornya, dengan mengenakan kemeja batik dan kopeah hitam, Adang menjelaskan bahwa saat ini fakultas psikologi sedang meningkatkan mutu fasilitas yang selama ini menghambat proses akreditasi.

“Jadi tahun ini masih bersiap-siap untuk mendapat akreditasi A.  Dulu kita tidak punya IT sekarang sudah punya. Komputerisasi akademik dan kami sudah siap dengan sistemnya,” katanya saat saat ditemui di kantornya, Kamis (31/01).

Selain masalah fasilitas, kurang tersosialisasinya visi dan misi fakultas menjadi hambatan dalam akreditasi jurusan. Mahasiswa kurang memahami bagaimana visi dan misi fakultas psikologi yaitu unggul dan kompetitif dalam menerapkan psikolgi yang berlandaskan nilai-nilai islam. Termasuk kualitas dosen yang saat ini visi misinya pun masih kurang.

“Dosennya dan proses pembelajaran, semua proses ini harus dicapai dalam rangka mencapai visi misi. Jadi antara cita-cita dan proses situ harus sama, prosesnya itu harus sesuai dengan misi,” ucap Adang.

Kemampuan Alumni

Pertimbangan mahasiswa setelah lulus dari universitas, tak lain adalah kemudahan dalam mendapatkan pekerjaan yang sesuai. Hal yang menjadi permasalahan dalam penyerapan tenaga sarjana di Indonesia bukan hanya dari nilai akreditasi. Namun, nilai akreditasi tersebut harus dibuktikan dengan kemampuan para alumninya. 

Ketika ditemui, Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Badrudin becerita bahwa saat ini jurusan MPI sudah mengajukan perpanjangan akreditasi atau reakreditasi, namun belum dilakukan visitasi. Menurut edaran dari BAN PT (Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi), bahwa selama belum dilaksanakan visitasi, bagi yang sudah menunjukkan reakreditasi maka status nilainya masih tetap sama
“Jadi sampai hari ini masih jurusan MPI tetap berakreditasi A, walaupun sudah habis kemarin Oktober 2012,” jelasnya, Jum’at (01/02).

Badrudin mengakui pengaruh kekuatan nilai akreditasi sebagai bagian instrumen yang diapresiasi untuk keterserapan alumni di dunia kerja. Ia menjelaskan penyelenggaraan perguruan tinggi itu memiliki dua fungsi, yaitu satu untuk merespon pasar dan yang kedua untuk menciptakan pasar. MPI masuk dalam kategori merespon pasar, artinya masyarakat memang membutuhkan tenaga ahli dalam bidang pendidikan Islam, maka program studi MPI hadir untuk merespon kebutuhan masyarakat tersebut.


Badrudin pikir secara psikologis akreditasi membangun confident bagi mahasiswa. Ia melihat dampak psikologisnya apa, membangun rasa percaya diri dikalangan mahasiswa. Tak hanya itu, secara akademik tentu ini pun berdampak positif. Dengan dosen-dosen yang berkualitas, mahasiswa pun mendapatkan ilmu yang berkualitas.

Untuk mengetahui dan mengenali keterserapan alumninya di dunia kerja, jurusan MPI menyebarkan angket tracker study. Tracker study ini untuk mengevaluasi alumni dan pengguna alumni dan dampaknya untuk mengevaluasi kurikulum.

“Sebenarnya alumni-alumni KI ini dilapangan menjadi apa, diantaranya ada yang menjadi guru, pegawai administrasi, aktif jadi konsultan, bahkan ada yang di perbankan. Secara umun  mereka yang belum diangkat menjadi PNS adalah sebagai tenaga kerja pendidik,” tutur Badrudin.

Ia pun menambahkan, Ketika bisa melihat peluang alumni bisa bergerak diberbagai lembaga, maka setelahnya dilakukan peninjauan terhadap kurikulum dengan memperkuat kompetensi penunjang. Karena kompetensi lulusan itu ada kompetensi dasar, kompetensi utama dan kompetensi penunjang. Pada kompetensi penunjang itulah memberi ruang bagi lulusan untuk mengambil  profesi atau posisi yang memang memberi kesempatan bagi mereka untuk bekerja pada berbagai posisi.

Salah satu lulusan UIN SGD Bandung tahun 2006 dari jurusan Pendidikan Agama Islam Siti Nafisah, berpendapat pentingnya akreditasi berpengaruh kepada prestise di jurusan tersebut. Sedangkan kualitas alumni tergantung dari individu mahasiswa masing-masing, bukan bergantung dari akreditasi.

Selain mengutamakan akreditasi atas nama lembaga, kualitas peserta didik pun patut diutamakan. Rendahnya soft skill yang dimiliki para lulusan tak ayal menimbulkan permasalahan baru dalam keterserapan alumni di dunia kerja.

“menurut saya sih lebih ke cita-cita si mahasiswa atau apa yang dibutuhkan di masyarakat. Kalau akreditasinya bagus, tapi alumni gak tertarik atau masyarakat gak butuh, ya nganggur juga,” ucap Siti yang kini berprofesi sebagai guru honorer di salah satu Mts di Tasik.

**Dimuat di Tabloid SUAKA edisi Februari 2013

1 komentar:

Mutiara Salisa mengatakan...

amiiin.... pak @Ketua Dekan Fakultas Psikologi Adang Hambali, semoga fak. psikologi UIN sgd Bandung tahun depan bisa mncapai nilai A, :)

Posting Komentar

 

Wasana Kata Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review