Minggu, 09 Oktober 2011

Ironi Negara Demo”keras”i : Kekerasan di sekitar kita

Ditulis oleh Riska Amelia di Minggu, Oktober 09, 2011 0 komentar


Kekerasan secara sosiologis berarti adalah konflik sosial yang tidak terkendali oleh masyarakat yang di akibatkan karena masyarakat mengabaikan sama sekali norma dan nilai sosial yang ada sehingga berwujud pada tindakan merusak. Intinya adalah bahwa segala tindakan yang di ambil dalam konteks kekerasan sifatnya selalu merusak dan dalam jangka panjang efek yang ditimbulkan pada korban bisa menghancurkan diri korban.

Banyak orang saat ini cemas jika mengetahui adanya aksi kekerasan. Bangsa Indonesia semakin sering disodori berita mengenai kekerasan serta terorisme. Sebagai konsumsi keseharian, kekerasan perlu dihindari agar masyarakat tidak terbiasakan menyelesaikan setiap permasalahan ataupun perbedaan dengan cara-cara kekerasan.
 Supporter sepak bola rusuh, mahasiswa anarkis, geng motor merusak dan membunuh, kini hal itu masih menjadi fenomena yang membuat kita merasa berada dalam lingkaran kekerasan. Termasuk di lembaga pendidikan yang terkenal dengan tawurannya yaitu di sekolah serta di perguruan tinggi yang merupakan lembaga yang mampu membentuk kaum terdidik dan intelektual. Sudah banyak orang yang memberi komentar dan sudah tak terhitung yang prihatin, sebagaimana aparat hukum kita yang selalu mengungkapkan keprihatinannya tanpa diikuti dengan tindakan nyata untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Tak Selesaikan Masalah

Kekerasan, apapun bentuknya, harus dihindari karena sifatnya yang selalu menindas, meminta korban, dan tidak mendidik sama sekali. Kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah karena pasti dan sangat pasti hanya akan melahirkan lingkaran setan kekerasan yang lain. Secara fisik, kekerasan jelas sangat mudah dilihat kasat mata berupa adu fisik. Kekerasan dalam bentuk lain yang paling sering ditemui adalah dalam bentuk verbal. Kekerasan verbal memang tidak melibatkan fisik, tetapi dampaknya tidak kalah dahsyat karena selalu dipakai untuk mengintimidasi dan melakukan stereotype kepada pihak lain yang harus jadi korban.
Bangsa kita memulai demokrasi dengan harapan akan berdiri negara yang hidup dalam tatanan yang rapi, bersih dan stabil. Bangsa Indonesia, yang sering dilantunkan dalam karya lagu dan puisi, merupakan bangsa yang bermartabat, berbudaya, saling menghormati, ramah dan ber-Bhineka Tunggal Ika. Semua lagu dan puisi itu menjadi hambar tak bermakna saat ini. Bangsa kita diwarnai oleh berbagai keributan, pertengkaran, pertikaian dan kekerasan
Singkat kata, apakah benar kekerasan itu disebabkan oleh tidak jelasnya kurikulum atau materi pendidikan budi pekerti di sekolah-sekolah di negeri atau apakah disebabkan oleh begitu banyaknya tontonan kekerasan yang dilihat, baik kekerasan dalam cerita-cerita di televisi maupun kekerasan sebenarnya yang terjadi di tengah-tengah masyarakat itu sendiri? . Atau apakah karena tekanan hidup yg makin berat, cermin dr suatu Keputus asa-an masyarakat dalam melawan ketidak adilan yang terjadi atau juga terhadap para pemegang kekuasaan yang lupa akan Kewajiban dan tanggung Jawabnya? Akan ada banyak perdebatan dari jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Peran polisi sebagai penegak keamanan dalam kehidupan bermasyarakat kini sering diragukan dan dipertanyakan fungsi dan perannya. Negeri ini bukanlah tanggung jawab pemerintah dan aparat melainkan tanggung jawab semua masyarakat sebagai penghuninya. Masyarakat tentunya diharapakan untuk bersikap dewasa dan menciptakan kedamaian.

 

Wasana Kata Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review