Rabu, 27 Maret 2013

Kesadaran yang Datang Telat

Ditulis oleh Riska Amelia di Rabu, Maret 27, 2013 0 komentar

Sebuah negri hidup, tumbuh dan berkembang. Segala wilayah didalamnya niscaya memiliki “ruh”, tetap hidup dan menjadi ruang kehidupan Jika ruhnya terawat dengan baik. Sebaliknya, negri mati lantaran “jantungnya “ tak dijaga agar tetap berdegup.

Mungkin hari ini kita menyaksikan metamorfosis alam di sebuah negri yang “kaya”. Dulu, kita bersenandung tentang keindahan dan kekayaan alam. Kini, kita dengan cemas mengikuti berita kerusakan-kerusakan alam. Hujan di negri ini pun kini ibarat seekor naga yang tengah memporakporandakan negri.

Berbagai bahan sejarah yang mengaitkan keberadaan Indonesia di masa lalu dengan Indonesia masa kini, terserak bak harta karun. Lantas, apakah bangsa ini mau belajar? Mengenal sejarah, namun tidak belajar sama sekali dari sejarah. Guru, singkatan dari digugu dan ditiru, tidak menjadi pengangan dalam berpikir dan berperilaku. Bencana ekologis di Indonesia berlanjut sampai hari ini. Kerusakan hutan dan daerah resapan air, pencemaran udara meningkat akibat aktivitas industri, serta banjir menjadi momok tahunan. Begitu luas kesengsaraan.

Dalam film The Happening yang disutradarai M. Night Shyamalan, fenomena ini dijawab dengan cara pikir yang nyentrik. Konon, alam memiliki rasa, dan bisa marah atas perbuatan manusia yang mengancam dan merusak kehidupan mereka. Untuk membalas, tanaman dan tumbuhan berevolusi menciptakan toksin beracun dan menjadi bencana umat manusia. Pesan film ini adalah ancaman terhebat datang dari sesuatu yang tak terduga. Masalahnya, kesadaran akan hal itu selalu datang terlambat.

Film itu setidaknya meninggalkan semacam teka-teki: siapkah kita menghadapi bencana alam? Fenomena lingkungan negri ini menunjukkan disorientasi nilai yang sangat memprihatinkan. Bersama waktu, ribuan orang di pedalaman seolah-olah terhenyak di sekitar tanah, sawah, ladang, yang makin sempit. Hutan dengan cepat gundul, pohon masih lama tumbuh, dan banjir akan datang lagi.



Ya, kesadaran memang selalu datang terlambat. Tak selamanya kita sadar dengan sifat tamak. Padahal, sumber daya alam yang menjadi monopoli pemerintah, tiap are tanah  yang diambil untuk pusat pembelanjaan, tiap liter bensin yang diuapkan sebagai CO2, tiap butir zat sintesis yang mengalir ke sungai, semua itu pada akhirnya menghimpun menjadi sebuah daya yang membalik dan merusak. Pembangunan yang bertujuan untuk membuat kualitas hidup dan kehidupan masyarakat semakin baik dan sejahtera, kenyataan yang terjadi di lapangan bisa sebaliknya. Manusia seperti tak berdaya di depan alam yang hampir hancur.

Tantangan generasi penerus saat ini adalah memelihara pembangunan. Memelihara sebuah tanah air yang kaya. Sebuah negri sejatinya adalah ruang publik bagi seluruh warganya. Pola hubungan antara individu dengan lingkungan merupakan aktualisasi dari laku budaya setiap individu. Orang dapat bersyukur, dapat pula bertanya, apa artinya kesadaran yang datang telat.

Kamis, 21 Maret 2013

Jurnalisme Warga

Ditulis oleh Riska Amelia di Kamis, Maret 21, 2013 0 komentar


Dewasa ini, di era berbasis teknologi masyarakat ditantang untuk berani mencari dan mengumpulkan berbagai macam peristiwa yang bernilai informasi yang ada di sekitar, untuk kemudian dilaporkan kepada masyarakat dalam berbagai bentuk media seperti tulisan, foto, maupun video.

Kini, tak hanya jurnalis yang bekerja di media saja yang bisa memproduksi berita, masyarakat yang tidak berprofesi di sebuah media pun dapat berpartisipasi dalam menyebarkan informasi ke masyarakat yang kemudian dikenal dengan istilah jurnalisme warga.

Di Indonesia, jurnalisme warga menjamur berkat kemajuan teknologi. Perkembangannya dipicu oleh tragedy musibah tsunami aceh ketika tahun 2004.

Keberadaan social media seperti blog dan twitter menjadi alat untuk mempublikasikan berbagai karya jurnalistik. Tak hanya itu, media cetak maupun televisi kini mulai menyertakan berbagai konten yang menampung karya jurnalisme warga, seperti contohnya program wide shot di Metro TV.

Keberadaan jurnalisme warga disinyalir mampu mengalahkan media mainstream--yang kini tergerus fungsinya menjadi alat kekuasaan dan komersialisme—dalam hal keakuratan berita dan menurunnya kepercayaan public terhadap pemberitaan media mainstream.

Rabu, 20 Maret 2013

Berburu Akreditasi, Demi Kualitas Atau Harga diri?

Ditulis oleh Riska Amelia di Rabu, Maret 20, 2013 1 komentar


Telat apabila bercerita tentang akreditasi pada mahasiswa yang sudah masuk kuliah. Kesadaran tentang akreditasi seharusnya dilakukan ketika mahasiswa belum masuk perguruan tinggi. Kenapa? karena akreditasi adalah salah satu filter efektif dalam menyaring pelamar kerja dan beasiswa.

Akreditasi dipahami sebagai suatu proses evaluasi dan penilaian mutu institusi perguruan tinggi dan program studi yang dilakukan oleh tim pakar sejawat di luar lembaga pendidikan tinggi berdasarkan standar mutu yang telah ditetapkan. Menurut Kepala Penjamin Mutu UIN SGD Bandung Atang Abd.Hakim, hasil akreditasi sebuah perguruan tinggi diyakini sebagai bentuk pengakuan bahwa perguruan tinggi tersebut telah memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan.

Akreditasi sangat penting, sebab itu untuk melihat tingkat keseriusan, kemajuan yang dicapai oleh prodi. Tak sedikit perusahaan memberikan standar lulusan dari perguruan tinggi minimal B untuk dapat di proses selanjutnya dalam penyeleksian karyawan atau pengawai mereka. Bahkan beasiswa seperti Beswan Djarum menetapkan akreditasi jurusan minimal B sebagai persyaratan memperoleh beasiswa.

“Kualitas jurusan itu ditentukan oleh akreditasi. bahkan di sebagian tempat harus melampirkan akreditasi jurusan. Jadi, itu (Akreditasi, -Red) tidak bisa ditinggalkan begitu saja,” tutur Atang, saat ditemui di Al-Jami’ah, Jum’at (25/01).


Fakta ini, kata atang, menunjukkan betapa akreditasi jurusan sangat penting baik bagi kampus maupun mahasiswa, sebab nilai akreditasi menyangkut harga diri jurusan di mata masyarakat.

Dari semua Program studi yang ada di UIN SGD Bandung hanya jurusan Manajemen Pendidikan Islam yang mendapatkan nilai A, itu pun habis waktunya pada tahun lalu dan kini sedang dalam proses perpanjangan.

Beberapa program studi tertentu memiliki akreditasi B yakni Ilmu hukum, ilmu komunikasi, komunikasi penyiaran Islam, pendidikan bahasa inggris, pendidikan bahasa arab, mu’amalah, syakhshiyah, hukum pidana islam, siyasah, perbandingan mazhab hukum, perbandingan agama, dan tasawuf psikoterapi.

Bangunan kampus yang megah dan biaya kuliah yang mahal bukan jaminan bagusnya akreditasi di sebuah program studi. Akreditasi suatu jurusan atau program studi ditentukan berdasarkan komitmen program studi terhadap kapasitas institusional dan komitmen terhadap efektivitas program pendidikan, dimana standarnya mencakup 7 aspek yaitu, (1) Visi, misi, tujuan dan sasaran, dan strategi pencapaian, (2) Tata pamong,  kepemimpinan, sistem pengelolaan, dan penjaminan mutu BAN-PT, (3) Mahasiswa dan lulusan, ini biasanya dilihat quesioner para lulusannya, IP yang diraih para mahasiswanya selama 5 tahun berjalan, (4) SDM, (5) Kurikulum, pembelajaran, dan suasana akademik (6)Pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sistem informasi dan, (7) Penelitian dan pelayanan/pengabdian kepada masyarakat, dan kerjasama.

Senada dengan Atang, Ketua Dekan Fakultas Psikologi Adang Hambali, mengamini begitu pentingnya nilai akreditasi jurusan. Berbagai Program studi di UIN SGD Bandung patutu berbenah diri untuk terus meningkatkan kualitas jurusannya. Seperti di Fakultas Psikologi yang akreditasinya masih C, bagi Adang ini adalah suatu keharusan untuk memacu agar akreditasi psikologi ini bisa mendapat nilai A.

Duduk dengan nyaman di ruangan kantornya, dengan mengenakan kemeja batik dan kopeah hitam, Adang menjelaskan bahwa saat ini fakultas psikologi sedang meningkatkan mutu fasilitas yang selama ini menghambat proses akreditasi.

“Jadi tahun ini masih bersiap-siap untuk mendapat akreditasi A.  Dulu kita tidak punya IT sekarang sudah punya. Komputerisasi akademik dan kami sudah siap dengan sistemnya,” katanya saat saat ditemui di kantornya, Kamis (31/01).

Selain masalah fasilitas, kurang tersosialisasinya visi dan misi fakultas menjadi hambatan dalam akreditasi jurusan. Mahasiswa kurang memahami bagaimana visi dan misi fakultas psikologi yaitu unggul dan kompetitif dalam menerapkan psikolgi yang berlandaskan nilai-nilai islam. Termasuk kualitas dosen yang saat ini visi misinya pun masih kurang.

“Dosennya dan proses pembelajaran, semua proses ini harus dicapai dalam rangka mencapai visi misi. Jadi antara cita-cita dan proses situ harus sama, prosesnya itu harus sesuai dengan misi,” ucap Adang.

Kemampuan Alumni

Pertimbangan mahasiswa setelah lulus dari universitas, tak lain adalah kemudahan dalam mendapatkan pekerjaan yang sesuai. Hal yang menjadi permasalahan dalam penyerapan tenaga sarjana di Indonesia bukan hanya dari nilai akreditasi. Namun, nilai akreditasi tersebut harus dibuktikan dengan kemampuan para alumninya. 

Ketika ditemui, Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Badrudin becerita bahwa saat ini jurusan MPI sudah mengajukan perpanjangan akreditasi atau reakreditasi, namun belum dilakukan visitasi. Menurut edaran dari BAN PT (Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi), bahwa selama belum dilaksanakan visitasi, bagi yang sudah menunjukkan reakreditasi maka status nilainya masih tetap sama
“Jadi sampai hari ini masih jurusan MPI tetap berakreditasi A, walaupun sudah habis kemarin Oktober 2012,” jelasnya, Jum’at (01/02).

Badrudin mengakui pengaruh kekuatan nilai akreditasi sebagai bagian instrumen yang diapresiasi untuk keterserapan alumni di dunia kerja. Ia menjelaskan penyelenggaraan perguruan tinggi itu memiliki dua fungsi, yaitu satu untuk merespon pasar dan yang kedua untuk menciptakan pasar. MPI masuk dalam kategori merespon pasar, artinya masyarakat memang membutuhkan tenaga ahli dalam bidang pendidikan Islam, maka program studi MPI hadir untuk merespon kebutuhan masyarakat tersebut.


Badrudin pikir secara psikologis akreditasi membangun confident bagi mahasiswa. Ia melihat dampak psikologisnya apa, membangun rasa percaya diri dikalangan mahasiswa. Tak hanya itu, secara akademik tentu ini pun berdampak positif. Dengan dosen-dosen yang berkualitas, mahasiswa pun mendapatkan ilmu yang berkualitas.

Untuk mengetahui dan mengenali keterserapan alumninya di dunia kerja, jurusan MPI menyebarkan angket tracker study. Tracker study ini untuk mengevaluasi alumni dan pengguna alumni dan dampaknya untuk mengevaluasi kurikulum.

“Sebenarnya alumni-alumni KI ini dilapangan menjadi apa, diantaranya ada yang menjadi guru, pegawai administrasi, aktif jadi konsultan, bahkan ada yang di perbankan. Secara umun  mereka yang belum diangkat menjadi PNS adalah sebagai tenaga kerja pendidik,” tutur Badrudin.

Ia pun menambahkan, Ketika bisa melihat peluang alumni bisa bergerak diberbagai lembaga, maka setelahnya dilakukan peninjauan terhadap kurikulum dengan memperkuat kompetensi penunjang. Karena kompetensi lulusan itu ada kompetensi dasar, kompetensi utama dan kompetensi penunjang. Pada kompetensi penunjang itulah memberi ruang bagi lulusan untuk mengambil  profesi atau posisi yang memang memberi kesempatan bagi mereka untuk bekerja pada berbagai posisi.

Salah satu lulusan UIN SGD Bandung tahun 2006 dari jurusan Pendidikan Agama Islam Siti Nafisah, berpendapat pentingnya akreditasi berpengaruh kepada prestise di jurusan tersebut. Sedangkan kualitas alumni tergantung dari individu mahasiswa masing-masing, bukan bergantung dari akreditasi.

Selain mengutamakan akreditasi atas nama lembaga, kualitas peserta didik pun patut diutamakan. Rendahnya soft skill yang dimiliki para lulusan tak ayal menimbulkan permasalahan baru dalam keterserapan alumni di dunia kerja.

“menurut saya sih lebih ke cita-cita si mahasiswa atau apa yang dibutuhkan di masyarakat. Kalau akreditasinya bagus, tapi alumni gak tertarik atau masyarakat gak butuh, ya nganggur juga,” ucap Siti yang kini berprofesi sebagai guru honorer di salah satu Mts di Tasik.

**Dimuat di Tabloid SUAKA edisi Februari 2013

Tingkatkan Klasemen di Search Engine Lewat Meta Tag

Ditulis oleh Riska Amelia di Rabu, Maret 20, 2013 0 komentar


Blogger memproduksikan ruang, dan sebuah ruang sosial tumbuh dari sebuah blog. Tentu saja kehadiran blog di dunia maya ini sangat membantu dalam mencari informasi-informasi yang kita butuhkan, bisa juga sebagai sarana mengiklankan sesuatu, berdiskusi, ataupun sebagai pekerjaan untuk menghasilkan uang.

Setelah awal yang lambat, blogging dengan cepat mendapatkan popularitas. Penggunaan Blog menyebar selama tahun 1999 dan tahun-tahun berikutnya.  Blog modern masa kini berevolusi dari buku harian online, di mana orang akan membuat akun yang isinya menceritakan tentang jalan kehidupan pribadi mereka maupun berbagi informasi. Sebagian penulis menyebut diri mereka sebagai diarists, atau citizen journalism.

Tampak blog memiliki kasta tertinggi dalam tingkatan sosial media, karena tugas seorang blogger adalah memberikan informasi yang dapat membantu para pembaca untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan, sehingga pembaca dapat belama-lama berada di situs kita karena menikmati informasi yang berguna. Maka dari itu, hal yang wajib dilakukan bagi seorang blogger--terutama bagi mereka yang peduli pada optimasi SEO-- yaitu menerapkan penggunaan meta tag pada template blogger. Jikalau mungkin diantara blogger ada yang merasa postingannya tidak terindeks sama sekali oleh Google, salah satu penyebabnya mungkin saja  karena tidak ada meta tag sama sekali dalam template blog.

Meta tag merupakan hal penting dalam penerapan SEO dasar dalam dunia blogging. Pengertian Meta Tag menurut “Kamus Istilah Blogger” yang ditulis oleh Medhy Aginta dalam www.blogguebo.com, adalah kode-kode HTML yang ada di bagian halaman sebuah situs. Tidak seperti tag HTML yang lain, meta tags tidak muncul di halaman posting, sehingga kebanyakan pengunjung tidak pernah melihatnya. Meta tags yang berbeda memiliki fungsi yang berbeda, namun secara umum semuanya digunakan untuk memberikan informasi tambahan mengenai kondisi sebuah halaman situs kepada robot mesin pencari.

Meta tag bukan "peluru ajaib" yang akan meroketkan situs ke bagian atas semua daftar pencarian halaman. Mereka adalah alat yang akan membantu meningkatkan klasemen di search engine bagi yang menggunakannya. Blogger menggunakan ini dengan strategi pemasaran lainnya untuk mengumpulkan lebih banyak tampilan halaman di pencarian. Setelah memahami bahwa meta tag tidak dimaksudkan untuk dilihat oleh pembaca, melainkan untuk digunakan dalam browser itu sendiri, itu akan membuat mereka lebih mudah untuk digunakan.
 

Wasana Kata Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review