Kekerasan secara sosiologis
berarti adalah konflik sosial yang tidak terkendali oleh masyarakat yang di
akibatkan karena masyarakat mengabaikan sama sekali norma dan nilai sosial yang
ada sehingga berwujud pada tindakan merusak. Intinya adalah bahwa segala
tindakan yang di ambil dalam konteks kekerasan sifatnya selalu merusak dan
dalam jangka panjang efek yang ditimbulkan pada korban bisa menghancurkan diri
korban.
Banyak orang
saat ini cemas jika mengetahui adanya aksi kekerasan. Bangsa Indonesia semakin
sering disodori berita mengenai kekerasan serta terorisme. Sebagai konsumsi
keseharian, kekerasan perlu dihindari agar masyarakat tidak terbiasakan
menyelesaikan setiap permasalahan ataupun perbedaan dengan cara-cara kekerasan.
Supporter sepak bola rusuh, mahasiswa
anarkis, geng motor merusak dan membunuh, kini hal itu masih menjadi fenomena
yang membuat kita merasa berada dalam lingkaran kekerasan. Termasuk di lembaga
pendidikan yang terkenal dengan tawurannya yaitu di sekolah serta di perguruan
tinggi yang merupakan lembaga yang mampu membentuk kaum terdidik dan
intelektual. Sudah banyak orang yang memberi komentar dan sudah tak terhitung
yang prihatin, sebagaimana aparat hukum kita yang selalu mengungkapkan
keprihatinannya tanpa diikuti dengan tindakan nyata untuk mengatasi
permasalahan tersebut.
Tak Selesaikan Masalah
Kekerasan, apapun
bentuknya, harus dihindari karena sifatnya yang selalu menindas, meminta
korban, dan tidak mendidik sama sekali. Kekerasan tidak akan menyelesaikan
masalah karena pasti dan sangat pasti hanya akan melahirkan lingkaran setan
kekerasan yang lain. Secara fisik, kekerasan jelas sangat mudah dilihat kasat
mata berupa adu fisik. Kekerasan dalam bentuk lain yang paling sering ditemui adalah dalam
bentuk verbal. Kekerasan verbal memang tidak melibatkan fisik, tetapi dampaknya
tidak kalah dahsyat karena selalu dipakai untuk mengintimidasi dan melakukan
stereotype kepada pihak lain yang harus jadi korban.
Bangsa kita memulai
demokrasi dengan harapan akan berdiri negara yang hidup dalam tatanan yang
rapi, bersih dan stabil. Bangsa Indonesia, yang sering dilantunkan
dalam karya lagu dan puisi, merupakan bangsa yang bermartabat, berbudaya,
saling menghormati, ramah dan ber-Bhineka Tunggal Ika. Semua lagu dan puisi itu
menjadi hambar tak bermakna saat ini. Bangsa kita diwarnai oleh berbagai
keributan, pertengkaran, pertikaian dan kekerasan
Singkat kata, apakah benar
kekerasan itu disebabkan oleh tidak jelasnya kurikulum atau materi pendidikan
budi pekerti di sekolah-sekolah di negeri atau apakah disebabkan oleh begitu
banyaknya tontonan kekerasan yang dilihat, baik kekerasan dalam cerita-cerita
di televisi maupun kekerasan sebenarnya yang terjadi di tengah-tengah
masyarakat itu sendiri? . Atau apakah karena tekanan hidup yg makin berat,
cermin dr suatu Keputus asa-an masyarakat dalam melawan ketidak adilan yang terjadi
atau juga terhadap para pemegang kekuasaan yang lupa akan Kewajiban dan
tanggung Jawabnya? Akan ada banyak perdebatan dari jawaban pertanyaan-pertanyaan
tersebut.
Peran polisi sebagai
penegak keamanan dalam kehidupan bermasyarakat kini sering diragukan dan
dipertanyakan fungsi dan perannya. Negeri ini bukanlah tanggung jawab
pemerintah dan aparat melainkan tanggung jawab semua masyarakat sebagai
penghuninya. Masyarakat tentunya diharapakan untuk bersikap dewasa dan
menciptakan kedamaian.