Kamis, 16 Mei 2013

Trik Cerdas Membuat Judul

Ditulis oleh Riska Amelia di Kamis, Mei 16, 2013 0 komentar
Ilustrasi: Dok.net

Dalam media online, membuat judul berita menjadi sangat penting. 

Para pembaca dalam sekian detik bisa menutup layar atau berganti ke judul yang lain. Oleh karena itu, bahasa dalam media online mempunyai karakteristik sendiri. 

Khalayak dan karakter medium itu berbeda, maka penyajiannya pun berbeda. 

Seperti  di Koran Kompas serta Koran Tempo, memang harus berbahasa yang baku, bahasa yang pas, bahasa yang tinggi. Berbeda dengan media online yang bahasanya “kemana-mana”.

Di media cetak kita simpulkan bahasanya sebagai bahasa resmi, sementara bahasa media online lebih ke informal, tidak terlalu resmi bahasanya. Jadi ibaratnya di media cetak bahasanya intelektual, sementara media online cukup cerdas saja.

Ini harus diperhatikan karena ini memberi pelajaran tersendiri, bagaimana berita online dibuat lebih atraktif.

Secara keseluruhan,  judul sebisa mungkin:
a)     ada unsur rahasianya,
b)     dramatis,
c)      lugas,
d)     unik,
e)     menonjolkan konteks,
f)       deskriptif,
g)     sedikit lebay atau bombastis

Cara membuat judul:
1.      Lengkap subjek dan predikat
2.      Ringkas dan mencerminkan isi
3.      Hindari membuat kalimat Tanya



Referensi:
Catatan perkuliahan jurnalistik online

Rahasia Jadi Wartawan Media Online Profesional

Ditulis oleh Riska Amelia di Kamis, Mei 16, 2013 0 komentar


Ilustrasi: Dok.net
Menulis berita cepat untuk media online adalah suatu tuntutan. Di luar teknik menulis cepat, ada rahasia untuk bisa menjadi wartawan online yang profesional.

Nah, jawabannya sederhana, yaitu memiliki passion, menguasai materi, rajin bertanya kepada narasumber, tidak cepat lelah menggali materi, tidak cepat puas dengan hasil, dan konsentrasi penuh pada setiap paparan. 

Wartawan media online juga terikat dan harus patuh pada kode etik jurnalistik dan UU Pokok Pers. Kealpaannya pada regulasi bisa membuat dia berhadapan dengan aneka risiko.

Untuk memperoleh kebenaran, wartawan online harus disiplin melakukan cross check dan verifikasi. Selain itu perlu juga adanya keterampilan-keterampilan khusus yang harus dimiliki. Berikut ini adalah keterampilan yang harus dimiliki wartawan media online:

1)     Bisa Menulis dan mengedit naskah.
Menulis dan mengedit naskah merupakan hal paling mendasar yang harus dimiliki oleh jurnalis.
      
Ketika wartawan selesai meliput suatu kejadian, sudah tentu harus menuliskan informasi tersebut. Kemampuan editing dirasa perlu dimiliki oleh wartawan agar naskah tersebut enak dibaca. Selain itu, keterampilan mengedit naskah pun bisa mempermudah kinerja redaktur.

2)     Manajemen Proyek
Wartawan  media online harus bisa mengatur jadwal liputannya sendiri. Kecepatan dan passion harus diutamakan.

Bekali kepala dengan background informasi yang memadai mengenai objek liputan sehingga punya gambaran sebelum terjun ke lapangan.Perhatikan dan catat setiap detail pemaparan. Jika wawancara dilakukan, catat poin-poin penting saja, tanpa alat perekam lagi.

3)     Blogging Sebagai wartawan media online harus menguasai teknik blogging.

4)     User Interfance Design/Photo Shooting
Penguasaan teknologi pun pastinya harus dimiliki, seperti halnya jurnalis online harus mampu mendesain dan memproduksi foto.

5)     Produksi Video
Untuk merekam peristiwa yang diliput, maka kemampuan dalam memproduksi video harus dimiliki.

6)     Staff Organization/Administration
Menguasai keorganisasian dan kesektariatan juga harus dimiliki oleh jurnalis online, seperti membuat laporan liputan.

7)     Story Combining/Shortening
Mampu mengkombinasikan naskah berita dan meringkas naskah berita. wartawan media online harus memiliki keunikan tersendiri yang umumnya tak ada dilakukan di media konvensional lainnya.

8)     Reporting and Writing Original Stories
Jurnalis juga tentunya harus meliput dan menulis kejadian yang asli berdasarkan fakta-fakta yang didapat dilapangan. Perlu disiplin verifikasi. Jurnalis juga harus membuat karya sendiri, tidak melakukan plagiat.

9)     Photo/image Editing
Kemampuan dalam mengedit foto pun sudah tentunya harus dimiliki. Foto dapat melengkapi informasi yang akan disampaikan kepada masyarakat, dan mendukung tulisan.

Referensi:
Catatan perkuliahan jurnalistik online


Kenali Teknik Menulis di Media Online

Ditulis oleh Riska Amelia di Kamis, Mei 16, 2013 0 komentar
Ilustrasi. Net

Kegiatan menulis, khususnya dalam bidang jurnalisme, ialah merekontruksi fakta. Dalam merekontruksi fakta tersebut, kita menggunakan bahasa yang tidak sama. Perlu dibedakan teknik gaya penyampaian dan penyajiannya,

Kultur menulis di media online harus terbentuk dan dijalankan. Ini merupakan modal dasar sekaligus kelebihan yang dimiliki penulis di media online. Berikut ini teknik menulis di media online:

1.      Judul Ringkas dan Jelas
Dalam media online, pemilihan judul sangat penting. Pembaca dalam sekian detik dapat berganti ke judul lain. Oleh Karena itu judul dalam media online memiliki karakteristik tersendiri.

Menulis judul di media online sebaiknya tak melipir dan tak terlalu baku. Tidak bertele-tele, serta tidak bias dan kabur, agar maknanya mudah dipahami oleh pembaca.

2.      Buat intro yang Sesuai.
Awali tulisan dengan informasi yang penting. Tulis dengan kalimat aktif agar tulisan menjadi lebih “hidup”.

Tulisan yang baik ialah tulisan yang memberikan pengetahuan baru kepada pembacanya. Meski tulisannya sederhana, apabila kaya akan pengetahuan, pasti diminati pembaca.

3.       Eye catching
Menulis tentu bertujuan untuk dibaca publik yang banyak jumlahnya . Oleh karena itu jadikanlah tulisan di media online anda enak dan “renyah” dibaca oleh pembaca.

Usahakan agar informasi efektif tersampaikan kepada pembaca. Maka dari itu hindarilah kalimat panjang.

Wartawan harus memiliki keunikan dan memiliki gaya menulisnya sendiri. Gunakan kalimat yang lugas, dan dengan gaya bertutur atau narasi.

4.      Gunakan Summary Lead atau Ringkasan Berita
Buatlah lead dengan gaya bertutur. Rangkum fakta dengan jelas dan memiliki unsur 5W+1H yang disajikan dengan padat serta lengkap.

Usahakan makna yang disampaikan dalam berita mampu dipahami pembaca dengan waktu yang relatif cepat.

5.       Gunakan Alinea
Alinea berfungsi menciptakan jarak antar paragraf. Ini akan memberikan ruang bagi pembaca untuk sekedar istirahat mata. Teknik ini membuat pembaca tak akan mudah bosan.

6.      Gunakan Bahasa Umum dan Sederhana
Kalimat sederhana terdiri dari satu pokok, dan menghindari anak kalimat. Teknik yang digunakan ialah KISS (Keep it Simple and Short).
Ingat, bahasa jurnalistik merupakan bahasa yang populer. Bahasa yang digunakan selayaknya populis dan umum digunakan.

7.      Bubuhkan Link yang Terkait.
Ada kalanya menulis membutuh referensi. Kewajiban penulis yang wajib dilakukan ialah mencantumkan sumber data yang diperoleh. Penulis harus jujur dan mempertanggung jawabkan isi tulisannya.

Link ini juga bisa membantu pembaca dalam memperoleh informasi tambahan.

8.      Cari Kata-kata yang Dapat Digabungkan dengan Link Video dan Gambar
Menulis di media online kita harus berani berinovasi dalam merekonstruksi peristiwa. Salah satu caranya ialah menggabungkan tulisan dengan tautan gambar atau video.

Penulis harus pintar memanfaatkan teknologi informasi dalam menyampaikan peristiwa. Dengan penggabungan video atau gambar, hal tersebut dapat memperkuat peristiwa dalam penulisan.

9.      Jangan Copy Paste!

Sumber:
Perkuliahan Jurnalistik Online
www.romeltea.com

Teknik Membuat Lead Berita

Ditulis oleh Riska Amelia di Kamis, Mei 16, 2013 2 komentar

Lead berita adalah jendela untuk melihat isi berita. Dengan penjelasan singkat, lead berusaha mengajak pembaca masuk ke tubuh berita.

Gaya penyampaian atau penulisan lead dalam media online tentu memiliki karakteristik tersendiri. Khalayak dan mediumnya berbeda, maka penyajiannya pun beda.

Yang harus disadari oleh penulis adalah waktu pembaca yang sempit. Lead yang tak menarik dapat menjadi faktor penyebab pembaca mudah beralih ke pemberitaan lain. Inilah tantangan bagi jurnalis dalam membuat lead.

1.      Buat lead dengan kalimat sederhana, enak dibaca dan ringkas
2.      Awali dengan siapa atau apa
3.      Paragraf pendek. Maksimal paragraph terdiri dari 4 baris
4.      Bila menggunakan istilah atau bahasa asing, berilah penjelasan singkat terlebih dahulu
               
Hakikat dari media online ialah menyampaikan pesan lebih cepat daripada media cetak. Hakikat berita ialah inti berita yang dilaporkan, pertama oleh head, kedua oleh lead, ketiga oleh body.

Apabila lead sudah menyampaikan informasi dengan lengkap, pembacanya tak perlu terus membaca ke bawah secara menyeluruh.

Melayani orang dengan secepat-cepatnya dengan cara membuat lead yang jelas menggambarkan isi berita. Inilah hakikat dari media online yang bekerja menyampaikan pesan lebih cepat.

Referensi:
Catatan Perkuliahan Jurnalistik Online
Makalah Masmimar Mangiang, Dosen Komunikasi Universitas Indonesia

Rabu, 15 Mei 2013

Ini yang Harus Dihindari Saat Menulis Artikel

Ditulis oleh Riska Amelia di Rabu, Mei 15, 2013 1 komentar

Setiap surat kabar pasti punya kebijakan sendiri-sendiri dalam memuat naskah artikel pembaca. Dalam beberapa hal misalnya, media daerah lebih mengutamakan artikel yang mengangkat topik aktual daerah.

Misalkan Isu kenaikan harga BBM bersubsidi memang menjadi isu nasional. Akan tetapi, permasalahan politik lebih seksi. Bisa pula dipadupadankan. Misalnya isu kenaikan BBM dikaitkan dengan politik pemangku kepentingan bahan bakar di tingkat lokal.

Adakalanya pula kebijakan redaksi berseberangan dengan kritik banyak pihak. Misalnya, secara umum masyarakat tidak sepakat dengan kebijakan pemerintah yang menaikkan nilai pajak bumi dan bangunan. Namun, media malah pro terhadap kebijakan itu.

 Nah, kalau kita menulis hal itu dan sikap kita kontra pemerintah, sulit tulisan itu mau tembus. Sebab, sikap media massanya sama dan sebangun dengan kebijakan pemerintah. Ini kasuistis, tapi boleh jadi menjadi pemicu artikel kita sering tak naik siar.

Namun, secara umum media membutuhkan artikel yang disajikan dengan gaya bahasa yang baik, padat, berkedalaman, dan menyangkut isu yang aktual. Berikut ini merupakan faktor-faktor penyebab artikel tak dimuat menurut redaktur Media Indonesia:

Topiknya Tak aktual
Media massa mencari tulisan opini yang kadar aktualitasnya kuat. Maksudnya, tulisan yang dikirim hendaknya berkesesuaian dengan topik yang sedang hangat diberitakan.

Jika topik yang kita tulis tidak berkesesuaian dengan berita yang sedang hangat, peluang dimuatnya pasti kecil. Maka itu perlu rajin-rajin memperhatikan topik apa saja yang sekarang sedang berkembang. Twitter dan Facebook bisa menjadi sarana mengetahui trend apa yang sedang hangat.

Cara lainnya tentu saja mengikuti pemberitaan utama surat kabar. Yakinlah, redaktur opini surat kabar juga menantikan artikel opini yang topiknya kuat dan sesuai dengan berita yang banyak dibicarakan orang.

Banyak Mengulang Gagasan
Alasan kedua mengapa tulisan kita tidak dimuat ialah gagasan dalam tulisan mengulang tulisan lama. Menulis dengan topik yang hangat memang berpeluang mengulang gagasan penulis lain.

Maksudnya, tulisan yang kita hasilkan sebetulnya sama dengan apa yang pernah orang lain tulis, hanya berbeda cara menulisnya saja. Sedangkan konten secara keseluruhan hampir sama. Inilah yang boleh jadi menyebabkan tulisan kita tak diminati redaktur opini surat kabar.

Jadi, bagaimana solusinya? Jawabannya ialah perbanyak dengan gagasan sendiri. Bacalah semua artikel atau berita yang sejak pagi sampai siang ini bertebaran di media sosial atau portal berita. Kemudian ambil kesimpulan dari semua tulisan itu. Nah, ini berguna agar tulisan yang kita hasilkan siang ini dan kemudian dikirim ke media massa tidak sama dengan tulisan lain. Dengan redaksi lain, cari sudut pandang lain dan menilik sisi mana yang belum ditulis oleh penulis lain.

Apabila kita bisa menawarkan gagasan lain dalam tulisan, peluang tulisan dimuat surat kabar akan semakin besar. Jika hanya repetisi, sulit bersaing dengan penulis lainnya.

Terlalu Bertele-tele
Opini yang bertele-tele juga malas dimuat oleh redaktur opini. Bertele-tele maksudnya tidak fokus pokok masalah.

Bertele-tele yang lain bisa juga karena kalimat pembukanya tidak menggambarkan judul dan konten tulisan secara keseluruhan. Bukannya fokus dan langsung ke pokok masalah, kita malah terlalu panjang untuk masuk ke topik. Hal itu menyebabkan tulisan kita bertele-tele.

Maka itu, berusahalah tidak bertele-tele dalam menulis opini.. Hajar sejak awal dan pertahankan keterfokusan itu.

Kalimat panjang-panjang
Redaktur juga agak malas menurunkan tulisan dengan pengaturan kalimat yang panjang-panjang. Mungkin sekali topiknya bagus, gagasannya juga baik, tetapi kalimat yang dibuat kelewat panjang. Satu alinea bisa untuk satu paragraf. Naskah dengan kondisi seperti itu menyulitkan pekerjaan mengeditnya.  

Maka itu, upayakan menulis pendek-pendek. Peter Henshall dan David Ingram dalam  Menjadi Jurnalis, merumuskan KISS saat menulis. KISS : keep it short and simple (Buat kalimat pendek dan sederhana). Ukuran pendek terdiri dari 8 sampai dengan 14 kata dalam satu kalimat.

Tegasnya, menulislah dengan pendek-pendek. Jangan menyebalkan redaktur opini dengan membuat kalimat kelewat panjang. Bikin pendek dan sederhana. 

Ketika Jurnalis Beropini

Ditulis oleh Riska Amelia di Rabu, Mei 15, 2013 0 komentar

Seorang jurnalis boleh mengemukakan pendapatnya, tidak dalam berita, melainkan dalam kolom opini. Jurnalis tetap dibilang jurnalis walau menunjukkan sikapnya dengan jelas. Tak netral, tapi independen.

Namun, jurnalis yang beropini juga tetap harus menjaga akurasi dari data-datanya. Maggie Galagher dari Universal Press Syndicate mengatakan kolom opini untuk jurnalis ibarat “bicara dengan seseorang yang tak setuju dengan saya.”.

Ya, jurnalis yang menulis opini memang memiliki sudut pandangnya sendiri. Tapi jurnalis tetap harus menghargai fakta di atas segalanya.

Selain itu, jurnalis yang menulis opini tetap tak diharapkan menulis tentang sesuatu dan ikut menjadi pemain.  Ini akan membuat jurnalis sulit melihat dengan sudut pandang yang berbeda.

Sulit pula meyakinkan masyarakat bahwa si jurnalis menulis opini dengan meletakkan kepentingan mereka dibanding kepentingan kelompok dimana jurnalis ikut bermain.

Kesetiaan kepada kebenaran ini yang membedakan jurnalis dengan agen propaganda. Tiap orang memiliki hak kebebasan berpendapat, bahkan menyuarakan propaganda sekalipun. Tapi jurnalisme tak sama. Independensi ini harus dijunjung tinggi di atas identitas lain seorang jurnalis.

Berikut ini contoh salah satu opini yang pernah saya buat di tabloid Suaka, ketika menjadi bagian dari Lembaga Pers Mahasiswa Suaka di UIN SGD Bandung:

Telat Sadar
Sebuah negri hidup, tumbuh dan berkembang. Segala wilayah didalamnya niscaya memiliki “ruh”, tetap hidup dan menjadi ruang kehidupan Jika ruhnya terawat dengan baik. Sebaliknya, negri mati lantaran “jantungnya “ tak dijaga agar tetap berdegup.

Mungkin hari ini kita menyaksikan metamorfosis alam di sebuah negri yang “kaya”. Dulu, kita bersenandung tentang keindahan dan kekayaan alam. Kini, kita dengan cemas mengikuti berita kerusakan-kerusakan alam. Hujan di negri ini pun kini ibarat seekor naga yang tengah memporakporandakan negri.

Berbagai bahan sejarah yang mengaitkan keberadaan Indonesia di masa lalu dengan Indonesia masa kini, terserak bak harta karun. Lantas, apakah bangsa ini mau belajar? Mengenal sejarah, namun tidak belajar sama sekali dari sejarah. Guru, singkatan dari digugu dan ditiru, tidak menjadi pengangan dalam berpikir dan berperilaku.

 Bencana ekologis di Indonesia berlanjut sampai hari ini. Kerusakan hutan dan daerah resapan air, pencemaran udara meningkat akibat aktivitas industri, serta banjir menjadi momok tahunan. Begitu luas kesengsaraan.

Dalam film The Happening yang disutradarai M. Night Shyamalan, fenomena ini dijawab dengan cara pikir yang nyentrik. Konon, alam memiliki rasa, dan bisa marah atas perbuatan manusia yang mengancam dan merusak kehidupan mereka. Untuk membalas, tanaman dan tumbuhan berevolusi menciptakan toksin beracun dan menjadi bencana umat manusia.

Pesan film ini adalah ancaman terhebat datang dari sesuatu yang tak terduga. Masalahnya, kesadaran akan hal itu selalu datang terlambat.

Film itu setidaknya meninggalkan semacam teka-teki: siapkah kita menghadapi bencana alam? Fenomena lingkungan negri ini menunjukkan disorientasi nilai yang sangat memprihatinkan. Bersama waktu, ribuan orang di pedalaman seolah-olah terhenyak di sekitar tanah, sawah, ladang, yang makin sempit. Hutan dengan cepat gundul, pohon masih lama tumbuh, dan banjir akan datang lagi.

Ya, kesadaran memang selalu datang terlambat. Tak selamanya kita sadar dengan sifat tamak. Padahal, sumber daya alam yang menjadi monopoli pemerintah, tiap are tanah  yang diambil untuk pusat pembelanjaan, tiap liter bensin yang diuapkan sebagai CO2, tiap butir zat sintesis yang mengalir ke sungai, semua itu pada akhirnya menghimpun menjadi sebuah daya yang membalik dan merusak. Pembangunan yang bertujuan untuk membuat kualitas hidup dan kehidupan masyarakat semakin baik dan sejahtera, kenyataan yang terjadi di lapangan bisa sebaliknya. Manusia seperti tak berdaya di depan alam yang hampir hancur.

Tantangan generasi penerus saat ini adalah memelihara pembangunan. Memelihara sebuah tanah air yang kaya. Sebuah negri sejatinya adalah ruang publik bagi seluruh warganya. Pola hubungan antara individu dengan lingkungan merupakan aktualisasi dari laku budaya setiap individu. Orang dapat bersyukur, dapat pula bertanya, apa artinya kesadaran yang datang telat.




Ketahui Dasar-dasar Menulis Berita

Ditulis oleh Riska Amelia di Rabu, Mei 15, 2013 2 komentar

Profesi wartawan tentu tak lepas dari membuat karya jurnalistik. Senjatanya yaitu berita.

Berita adalah laporan peristiwa. Namun tak hanya peristiwa semata. Ide-ide, pemikiran, dan analisis-analisis berbagai masalah yang hangat dibicarakan masyarakat pun layak menjadi berita.

Nah, menulis berita sudah tentu jadi usaha wartawan dalam menjelaskan sebuah peristiwa atau isu kepada masyarakat. Dasar-dasar menulis berita yang patut diketahui oleh calon wartawan akan saya paparkan meliputi beberapa hal berikut ini:

1.      Berita Memiliki Unsur 5W+1H
 What :Apa yang terjadi
 Who : Siapa yang terlibat dalam kejadian itu
When :Kapan kejadian itu berlangsung
Where  :Di mana tempat kejadian itu
Why  : Kenapa terjadi demikian
How  : Bagaimana kejadian itu berlangsung.

 2.      Menggunakan Pola Penyusunan Piramida Terbalik
Menyusun berita yang paling ideal yakni menggunakan teori piramida terbalik. Strukturnya disebut sebagai “berita ringan” seperti straight news.

Menulis berita dengan cara piramida terbalik memungkinkan dilakukannya penyusutan fakta menurut nilainya masing-masing. Artinya, makin tidak penting fakta tersebut maka makin dibawah letaknya.

Penulisan tersusun ibarat garis lurus, yakni Awal-Klimaks-Akhir. Ditulis dari bagian paling penting atau paling kuat. Kemudian menyusul bagian penting lainnya yang mendukung, dan akhirnya menempatkan bagian yang kurang penting.

3.      Memiliki 3 Struktur yakni Head, Lead, dan Body
Head merupakan judul. Ini adalah struktur yang paling penting karena mengantarkan pembaca masuk ke dalam berita. 

Judul berfungsi untuk menarik minat pembaca, merangkum isi berita dan melukiskan suasana.

Penulisan judul hendaknya dibuat sesuai dengan lead berita.  Lead berita atau biasa disebut teras berita merupakan ringkasan peristiwa yang diberitakan. Yang dirangkum yakni fakta penting dari persoalan yang diangkat.

Sementara body atau tubuh berita merupakan tempat dimana berita terletak. Tubuh berita disusun dengan teknik piramida terbalik . antara alinea-alinea  harus saling melengkapi dan menjelaskan.


Referensi:
Sumadirian, AS Haris. 2011. Jurnalistik Indonesia. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.


Ini Dia 7 Pedoman Bagi Wartawan Baru

Ditulis oleh Riska Amelia di Rabu, Mei 15, 2013 0 komentar


Menjadi wartawan kata orang tidaklah mudah. Seseorang tak serta merta menjadi wartawan hanya karena menulis atau melaporkan peristiwa. 

Bill Kovach dalam buku Elemen-Elemen Jurnalisme pun menunjukkan betapa tidak mudahnya menjadi wartawan.

Di bawah ini saya sajikan beberapa pedoman yang bisa menjadi modal dasar sekaligus kelebihan untuk menjadi wartawan baru.


1.      Memahami dan menguasai jurnalisme

Menjadi wartawan bagi sebagian orang adalah panggilan jiwa. Kemampuan menulis dan mengumpulkan data menjadi informasi merupakan dasar-dasar awal yang menjadikan seseorang terpanggil menjadi wartawan.

IImuwan jerman, Siegfried Weishenberg, memperkenalkan 4 macam kompetensi wartawan agar bisa melakukan pekerjaannya dengan baik:

     1)     Kompetensi profesional, misalnya melakukan editing, seleksi informasi, memahami komunikasi dasar, dan lainnya.

     2)     Kompetensi transfer, misalnya penguasaan bahasa, presentasi informasi, berbagai genre dalam jurnalisme, dan sebagainya.

     3)     Kompetensi teknis, misalnya computer, internet, desain grafis, dll
     4)     Kompetensi tingkat lanjut, misalnya pengetahuan terhadap isu liputan tertentu, ilmu sosial, bahasa asing, dsb.

2.      Memiliki Kualitas yang Mumpuni
Jurnalisme tak cukup hanya dilaporkan oleh “saksi mata yang terlatih”. Niat baik dan usaha yang jujur pun tak cukup.

Kualitas jurnalisme yang baik bisa objektif, tapi objektifitas ini bukanlah tujuan. Objektivitas adalah disiplin dalam melakukan verifikasi. Verifikasi harus menjadi ”dewa” junjungan seorang wartawan profesional

Objektivitas tersebut tak diterangkan hanya lewat lipuan yang berimbang, tidak berat sebelah, serta akurat.

Bill Kovach dan Rosenstiel menjelaskan 5 konsep dalam verifikasi:
      1)     Jangan menambah atau mengarang apapun
      2)     Jangan menipu atau menyesatkan pembaca
      3)     Bersikap setransparan dan sejujur mungkin
      4)     Bersandarlah terutama pada reportase anda sendiri
      5)     Bersikap rendah hati

3.      Menyiarkan Berita Sesuai Fakta
Wartawan diharamkan untuk menyiarkan berita bohong. Wartawan harus setia kepada kebenaran. Kesetiaan kepada kebenaran inilah yang membedakan wartawan dengan agen propaganda.

4.      Jadilah Jurnalis yang Baik, Memilliki Keunikan dan Bernilai.
Ketika seseorang menyandang profesi wartawan, maka ia dipaku oleh serangkaian aturan dalam kode etik jurnalistik. Wartawan wajib mengedepankan independensi.

Dalam konteks tersebut, wartawan dilarang menerima pemberian atau amplop dari narasumber. Selain itu, wartawan harus rendah hati. Mengakui kesalahan jika bersalah. Sikapnya yang sopan dalam mewawancarai, harus sama kepada setiap narasumber. 

5.      Gunakanlah Blog
Melakukan aktivitas jurnalistik menjadi lebih mudah berkat teknologi. Menulis, melaporkan peristiwa melalui foto dan video, dapat dengan lebih mudah dilakukan karena zaman ini kita difasilitasi oleh blog.

Oleh karena itu mulailah sekarang juga terbitkan blog anda, dan gunakan untuk menyiarkan informasi.

6.      Berinteraksi di Dunia Maya
Dunia internet memungkinkan kita untuk mencari informasi serta berinteraksi dengan orang lain.  Hal ini mengisyaratkan kita untuk menggunakan nilai-nilai dasar yang sama ketika kita berinteraksi dengan orang lain di dunia maya.

Kita harus senantiasa berhati-hati dalam berinteraksi. Sajikan tulisan atau komentar yang berkualitas.  Ini dapat menjadi rujukan agar kualitas “kehidupan” kita di dunia maya semakin meningkat. Tak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, namun juga bermanfaat bagi orang lain.
.
7.      Banyak Membaca
Mendapatkan sudut pandang atau angle dalam menulis harus terus dilatih. Memang tidak mudah. Akan tetapi dengan amunisi pengetahuan yang terus ditambah dengan cara banyak membaca, maka menulis akan menjadi lebih mudah.

Dengan banyak membaca tulisan yang bermutu, itu bisa menjadi “pupuk” untuk menambah gairah menulis. Membaca pun dapat memperkaya kita dalam mengeksplorasi kata.

Sebelum anda menjadi wartawan baru, lekaslah banyak membaca terlebih dahulu!


Referensi:

http://bighow.com/journalism
Harsono, Andreas. 2010. Agama Saya adalah jurnalisme. YogyakartaPenerbit Kanisius.


 

Wasana Kata Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review